Mak, aye pingin masup tipi!

sejujurnya gue jarang nonton tv.
mau lokal, atau interlokal... dua duanya jarang.
tapi sesekali waktu, gue nonton lah tivi lokal,
terus ngeliat fenomena orang biasa pingin banget jadi arteis,
ujug ujug berbondong bondongan banyak amattt talent show.

bukannya apa apa sih, ada bagusnya juga, menunjukkan bakat.
IF you actually HAVE IT.
otherwise, menurut gue jadi freak show ajasih.
sori ya, kaya pendakwah anak kecil, anak kecil, lucu, 4 taunan.
ngomong aja belum lancar banget lah. dianya ngomong dipanggung,
diliatin ratusan orang, masuk tivi nasional,
di pinggir panggung ibunya mengarahkan dialog yang harus dia hafal.
oh well... menurut gue sih bukan gitu juga ya.
pas anaknya jegagig diem, karena lupa, mukanya lemes & panik cyiiin!!!
ya allah ksian banget... sementara ibunya terus mengarahkan.
ahirnya di take over sama MC. agak miris hati gue, beneran deh.

miris sampe ngga ada suara yang keluar dari mulut gue yang suka rada pait ini.
gue cuma diem, knowing the fact, gue juga punya anak sekecil itu.
alhamdulilah sih gak sampe harus gue nya mengarahkan mereka di tivi nasional ya.
tapi gue juga kayanya harus siap siap ya... kalo misalnya anak gue suatu hari bilang,
"makkk! aye pingin masup tipi!!!"

DUARRR.
nah lo nah lo... 
gantian ntar gue akan diliput tivi nasional, bantuin kinan bedakan.
*sigh*

sebelum kata kata itu terucap, mungkin gue akan situasikan dulu,
kenapa sih mau jadi masuk tivi? karena keren ya.
well, i know it's kinda cool, broadcasted nationwide.
but do you really know what cool people have to do to make it?
they practice.
they practice hard... catetan: arteis yang bener loh ya... yang emang punya bakat.
they practice like there's no tomorrow.
liat tu agnesmon, ngeliatn liputan latian dia 3 menit aja gue ikut keringetan.
andienaisyah? yoga sampe gilak supaya performance nya selalu oke di panggung.

there's nothing you'd achieve without hardwork. period.
extreme example, jangan kira jadi pengemis gampang loh... kepanasan, disinisin, kotor,
belum tentu dapetnya sepadan pulak.

dan sebelum kata itu bener bener keucap, mudah mudahan engga ya, nakkk!
arka sebenernya udah sering banget bilang,
pingin jadi ini, itu, ini, itu.
among others, kapten barbossa (yang tersering), kapten jack sparrow, masinis,
rafiki (dukun nya lion king), kalo ngomong mau jadi rafiki,
dia tiruin gerakan rafiki manjat tebing sambil bawa tongkat, terus pamerin simba ke seisi hutan.
hihihi...

terbaru, mau jadi koki.
gara garaaa... dibawa ke restoran yang open kitchen, terus liat pak koki mondar mandir,
with that big white hat, ngaduk ngaduk panci, supervising the subordinate,
the little boy turned his head whenever the chef went.
kagum banget dia! hihihi.

imbasnya, jadi suka sabotase mainan masak-masakan punya kinan.
*sigh*
ibuk gue, khawatir, gimana ya... karena kan memasak itu domestik banget.
we don't wanna send the wrong message tentang perbedaan gender.
dan bukannya gue gimana gimana juga dengan aliran yang cross gender,
atau sampe ngga heteroseksual... mmmh, call me ancient, that's it.
cita cita gue adalah membesarkan arka sesuai kodratnya aja. titik.

serunya parenting, ini... yang gak ada manualnya ituloh bokkk!
di sisi lain, gue pingin membuka wacana... about what they wanna become.
chef is a halal job, a decent one,
and the fact that banyak male chef yang sukses gilak di dunia ini.
maybe more than women chefs, lucunya.
i don't wanna cut his dream: NO, YOU CAN'T BE CHEF because you're a boy.
nop. i wanna keep any options open.

terbuka dengan catatan, tidak bisa tidak. terbuka dengan patron kodrat itu tadi.
like being tessy srimulat gitu, i don't wanna go there.
agak susah ya clearing the path for young minds,
mau terlalu dilarang... the ideas will die.
mau terlalu dibebasin, they obviously don't have any clue about anything.
dan kalo dibebesin, enak amat dong tugas parenting nya,
skalian aja dari kecil anaknya dititip sama gorila, biar gedenya jadi tarzan.

kalo sering baca literatur parenting, pasti ada bahayanya proses labeling.
well i actually studied that in my college, alhamdulilah berguna juga ye kuliah sosiologi.
walopun it was one of the very few things yang masih gue inget. hahaha!
FYI, kalo kamu mu, mulai bingung, ngung...
dan masih bertanya tanya apakah itu labeling, silakan bertanya pada...
rumput yang bergoyang hahaha, atau mbah google yang bergoyang.

ya intinya sih gitu, i don't wanna close any doors for arka, untuk urusan being a chef ini.
jadiii... gue pesenin ke siapapun yang nemenin dia masak-masakan,
situasikan, bahwa ceritanya dia adalah koki di restoran,
dia jadi koki, dan kita jadi pembelinya.
nanti pesen makanan, minuman, terus bayar. kurang lebih gitu.

later when he's older, kalo tetep pingin jadi koki, i shall introduce the more bitter things,
iyah, keji yah aku... tapi gak papa lah.
biar dia ngga mikir bahwa kerjaan koki adalah cuma ngaduk ngaduk panci,
nyuruh bawahan ngupas kentang, atau cicip cicip lucu.
there's so much more than that, so much effort and failure, so much hardwork

dan yang paling penting siap siap kirim dia ke sekolah masak terbaik di dunia.
if he has to go keliling dunia 8 kali, i don't really care how hard it is, sih...
i'll back him up.
jadi kalo nanti dia bilang "makkk, aye pingin jadi koki"
gue akan jawab "if you're ready, mamak is too, arka!"

Comments

Anonymous said…
Huwaaaa. lagi-lagi tentang parenting yang saya kagumi dari Mba Risti. Lama gak ke sini dah ketinggalan banyak ya. Beneran loh Mba karena anak sayah masi belom setahun jadi suka diskusi isi tulisan di sini sana istri.. :) sekali lagi makasih Mba.
risti said…
huwaaa... baik banget siiih daniii *padahal idung aku kembang kempis* hihihi. mudah mudahan bisa memberi sedikit ide untuk manual membesarkan aaqil ya *hugs*

Popular posts from this blog

A decade from today

The hardest days of 2012

The bitter-sweet finish line