A decade +3 from now

beberapa bulan yang lalu gue ketemu temen gue, anak nya mau masuk SMP,
huwooo... SMP ya, usia belasan tahun, the entrance of teenager era.
terus gue tanya dong, "how do you deal with technology?".
you know what jawabannya cukup inspiratif buat gue,
mangkanya aku ceritain yah... hihihi

background dulu dikit. si anaknya ini, cantikkk luar biasa menurut gue,
blasteran gituya, kalo raam punjabi liat pasti langsung teken kontrak,
jadi main role sinetron stripping.
kebayang yaaa, jadi ibunya. ketar ketirrr, pasti makin gede makin cakeppp.
banyak yang naksirrr.
nah, si temen gue ini, dia kasih anak gadisnya henfon, tapi henfon yes-no-yes no.
henfon tanpa kamera, yang cuma bisa sms, tombol keypad nya juga ga banyak,
cuma bisa yes-no aja. kaya henfon yang dikasih ibu gue ke aceng,
her gardener slash gate keeper boy.
si henfon ini gak bisa sms panjang panjang, karna layarnya gak cukup,
layarnya juga gak berwarna.
dan gak bisa nyambung ke internet. boro boro.

they have an ipad, khusus buat sabtu minggu, dipake di ruang keluarga,
dan semua orang dapet jatah timer. kaya sewaan gimbot di depan SDN.
gimbot? apaaa??? hahaha
just mention the word gimbot... astagahhh... tuwak bener.
game watch ya maksudnya, gameboy ituloh.
si ipad ini harus di share sama saudaranya yang lain, tanpa kecuali.

they also have a desktop. yang diprotect password untuk keyword yang menjurus bahaya,
letaknya di ruang keluarga dan letaknya di pojokan.
jadi itu layar desktop bisa keliatan dari semua penjuru rumah.
browsing is only for school work, and to log in, harus orangtuanya.

i thought... hmmm, yaya... bisa juga gitu, kalo dirumah,
i believe kita pasti bisa lebih ketat 'mengawasi'.
untuk pemakaian gadget diluar rumah, sepertinya ngga bisa seketat itu,
makanya buat gue lingkungan itu sungguh  penting banget sekali sangat.
to have similar value is the key.
gue mau anak anak gue bermain di lingkungan pegang similar value to us.
what me & erw introduce as proper or improper, is treated the same within this society.

sounds parno ya?
ember... meskipun gue terlihat cuek dan tegar kaya rossa in this parenting thingy,
i still hold that common mommy worries and tons of what-ifs.
kenapa gue insist 'melindungi' anak gue di lingkungan yang seperti itu,
karena percuma dong, kalo gue berlakukan sesuatu dirumah,
tapi anak menghadapi sesuatu yang 180 derajat bedanya diluar rumah.
i think this is the most realistic way to do rite here rite now.

but i also realize, ga mungkin gue bisa mempertahankan situasi ini selamanya,
sampe anak anak 25 tahun kata bu elly, di usia itu otak manusia sudah matang.
ketika tiba saatnya mereka terekspos kepada lingkungan yang lebih luas,
lebih luas means: lebih brutal, lebih kasar, lebih unorganized, lebih uncivilized.
OH MAMAHHH OH PAPAHHH... aku tatut...
Tapi ngga apa apa. kata rosa harus tegar. so be it.
menurut gue, when it's time, it's time. yaudah. so be it.
selepas itu, yaaa... pada akhirnya banyak banyak doa aja,
minta perlindungan ke Allah, untuk selalu lindungin keluarga kita,
dan berharap semoga semua yang kita ajarin ke anak anak cukup jadi bekal mereka.

oke. terus kalo dia naksir atau ditaksir cowo gimana dong?
yang temen gue lakukan adalah, membiarkan si anak gadisnya cerita cerita,
that she likes this boy, and he likes her too.
temen gue cari tau, anaknya yang mana sih? rumahnya dimana? attitude nya gimana?
outside the school, my friend lets them communicate via blackberry,
in which mommies' blackberry. jadi bb ibu sono, melawan bb nya si temen gue.
darisitu si temen gue menilai kesopanan si anak cowo ini, background keluarganya,
dan jadi kenal sama ibunya si anak cowo ini.

i thought... di usia 13 tahun, this could work. tapi di usia 17 gimana ya?
yaudah, nanti aja dipikirinnya... jatah gue masih 13 tahun lagi, a decade +3 ohoho.
*ketawa ketawa getir sambil ngeri*

one important keypoint that i picked up.
wajib membiasakan anggota keluarga untuk cerita cerita, ya.
starting earlier will be better.
kalo dari kecil anak terbiasa untuk denger cerita bapak ibunya,
mereka ngapain aja di kantor, ibunya ketemu macet atau engga,
bapaknya sukses meeting atau engga... they will learn to share their days.
teori gue sih gitu.

sekarang sekarang, karna anak anak udah punya rutinitas,
gue lebih gampang untuk nanya yang rutin rutin, kaya: tadi main apa di sekolah? nyanyi apa?
are you happy? main lari lari sama siapa tadi?
lalu gue sambung sama cerita hari gue, and i tried hard to make it interesting for them.
tadi mama naik taksi loh, ada di jalan ada mobil patroli... wahhh, keras sekali bunyinya.
something excited that keep their ears stick to my words while i speak.

postingan ini sebenernya nyambung sama yang ini,
mendingan start early, then to be sorry deh...
terus, masih tegang ngga? oh so pasti... hahaha. 
namanya parenting gak ada manual book nya, yang ada trial & error,
makanya, again, it's a treasure that i found other parents that hold similar values to us.
bisa konek via social media yang lumayan intens macem path, i can read their blogs too,
dari situ gue bisa belajar banget, tiny details on everyday life nya anak anak.
bisa tau how-to nya untuk tiap tiap situasi, tiap anak & tiap parenting style.

dari situ gue biasanya customizing to our parenting style, then apply it to the kids.
namanya emang trial and error, tapi males amat yak kalo kejadian error hahaha.
kalo eror 404 server not found sih gampang betulinnya, tinggal telfon teknisi.
nah kalo parentingnya error? ya yaolo jangan sampe ah.

at the end, cheers to my fellow friends, thanks guys for being amazing parents who i look up to,
mari minimize error bersama sama.
*grouphug yang kenceng sampe pada sesek napas*

Comments

Anonymous said…
langsung lap keringet deh diingetin lagi soal teknologi inih. Huoooo..
Anonymous said…
halo mbak risti, have been ur silent reader.. :)

ga prnah komen2, tapi as for you know.. gw slalu bookmark smua postingan mbak ttg parenting, buat tabungan bertahun2 mendatang, mehehe..

salam hormat guru.. :D
risti said…
@ dani: akupun keringetaaannnn!!! *remes remes anduk good morning

@ mecaonic: SUPER MOST FLATTERED!!! *idung kembang kempis* tingkiyuuu, alhamduilah kalo bisa jadi masukan untuk masa depan hihihi

Popular posts from this blog

A decade from today

The hardest days of 2012

The bitter-sweet finish line