4 years later

dulu pas belum kawin, sering banget gue denger dari orang orang yang udah kawin.
bahwa critical time pada perkawinan adalah di 5 tahun pertama,
kalau sudah lewat dari situ, masalah tetep ada-tapi bukan yang prinsipil lagi.
i couldn't agree more.
dalam bayangan otak perawan gua yang careless and free,
ya make sense banget sih.
dua orang, udah komit untuk hidup bersama sampe mati.
padahal mereka lahir dari 2 keluarga yang berbeda,
orang tua yang gaya didiknya berbeda,
pendidikan yang berbeda,
pengalaman hidup yang berbeda,
malah bisa jadi nilai hidupnya saling berbeda banget.

terus dua orang itu harus sepakat mengambil beberapa keputusan dalam hidup mereka,
berdua.
gue yang single aja, yes, single as in ngga punya pacar. uhuk... churhhhattt uhukkk...
kadang suka bingung dalam mengambil keputusan.
padahal oknumnya cuma diriku seorang.
kayak misalnya: nonton di PS atau nonton di PIM ya?
beli buku atau beli celana kantor ya?
makan outback atau makan hokben tapi ngopi starbucks ya?

dulu gue mikir, gimanaaa pulakkk jadinya,
kalo gue harus bertandem ambil keputusan penting seperti:
kita tinggal di daerah mana?
cicilan KPR nya sanggup berapa?
kita mau beli mobil berapa cc?
anak kita mau dimasukin ke sekolah mana?

today, am proudly announce: hey, turns out, it's not that difficult.
bukannya tanpa hambatan,
tapi sebenernya 4 tahun kebelakang seperti ngga berasa lama buat gue,
maybe because we're having fun ya.

selain menentuan dari Allah soal jodoh yang udah given,
gue selalu percaya, si 2 manusia yang udah ditemuin ini,
juga harus sama sama berusaha untuk melancarkan perkawinan.
compromise has been printed in biggest font, bolded, italic and underlined in my mind.
di blog ini, aja, banyak bener kayanya gue nyampah tentang mister hends,
bertaburan pun, printil printil kebiasaan dia yang bikin gue bersungut kecut.
but in the end, selalu dia kok yang bikin gue semangat bangkit lagi kalo lagi ketimpa masalah.

within four years, we had the ups.
to name a few of them, sukses liburan hanimun berduaan tanpa hamil ketiga,
had our perfectly healthy baby number 2,
ambil rapot perdana arka yang membanggakan.
and of course, we had the downs,
berantem sampe melotot melototan adu judes di depan rumah,
banting bantingan pintu,
diem dieman 3 hari over a really stupid things,
malah gue rasa dianya gak berasa gue jutekin,
sampe going through the pain of almost losing our son.

di hari pertama perkawinan gue,
sama sekali gue ngga ada bayangan, what would we'd be 4 years from that day,
ada adjustment apa aja yang akan kita lakukan,
ada sifat dan kepribadian tersembunyi apa yang akan kita munculkan,
NOP.
it was a clean sheet. yang pasti gue hepi kawin sama laki laki ini,
despite of gue dipakein konde segede citycar - yes, masih dendam konde.

4 years later,
ngga banyak berubah.
ngga ada keprbadian ganda yang muncul tiba tiba,
paling adanya freakish-ness dari kita berdua yang jatohnya jadi lucu lucuan.
hari ini kita berdua banyak banget belajar dari satu sama lain.
hari ini dia udah bisa menerima usulan gue untuk rutin refreshing berduaan aja.
semakin ngerti pentingnya peran ayah untuk anak anak,
jadi ngga susah kalo gue ajak pergi berempatan doang.

dan gue?
jadi semakin ngerti kalo mobil itu harus dicuci minimal seminggu sekali.
bahwa olah raga itu penting banget untuk jaga badan tetep fit.
dan semakin paham kalo dia mau makan tempe, artinya adalah tempe goreng,
bukan tempe orek atau tempe mendoan goreng.

we compromise and i don't think we'll ever stop,
this is a lifelong learning, and we're keeping it up.
tapi satu aja yang pasti ngga akan bisa gue kompromikan:
ajakan makan duren! ewhhh... i hate duren.

so, let me propose a toast,
for the 4 great years and counting,
for love, for us, forever.
*saling melempar kulit duren*

Comments

Popular posts from this blog

A decade from today

The hardest days of 2012

The bitter-sweet finish line